PALU – Dua pemuda, Isjal dan Nudin Lasahido, menginisiasi lahirnya Rumah Belajar Ternak bagi para penyintas dan warga binaan Lembaga Pemasyarakatan Kota Palu. Lewat cara itu, keduanya membekali penyintas bencana untuk beternak ayam kampung super.
Rumah ternak itu dibangun swadaya, bermodalkan awal Rp 6 juta. Ada tiga kandang ternak sederhana yang dibangun di Kelurahan Petobo, Palu Selatan. Tiga kandang itu berkapasitas 600 ekor ayam kampung super.
Sebagai awal, ada 6 penyintas dari Petobo dan 6 penghuni Lapas Palu yang dilibatkan. Mereka tidak berstatus sebagai pekerja melainkan sebagai pemilik peternakan. Kelak saat panen, laba bersih yang didapat akan dibagi secara merata.
“Intinya kami ingin membangun kapasitas dan meningkatkan kesejahteraan warga Petobo,” kata Nudin, 45 tahun, saat ditemui Kabar Sulteng Bangkit, Selasa 27 November 2018.
Ternak ayam kampung super dipilih karena Isjal telah berpengalaman. Setelah menamatkan kuliah Jurusan Peternakan di Universitas Tadulako tahun 2015, Isjam memulai usaha peternakan ayam kampung super secara mandiri.
Namun sebelum usahanya berkembang, bencana alam lebih dulu menghancurkan kandang milik pemuda berusia 30 tahun itu.
BACA JUGA (https://www.facebook.com/kabarsultengbangkit/
Usai bencana, Isjal dipertemukan dengan Nudin yang berjibaku di titik-titik bencana sebagai relawan. Nudin pula yang menggalang sejumlah warga binaan Lapas Palu untuk terlibat dalam proses penyaluran bantuan.
Keduanya merasa ‘klik’ karena punya keprihatinan yang sama akan masa depan penyintas. Sebelum likuefaksi terjadi, menurut Isjal, sebagian kawasan Petobo merupakan permukiman padat penduduk. Sebagian lainnya adalah lahan pertanian produktif. Tidak sedikit warga yang menggantungkan ekonomi keluarganya dari petak-petak sawah di Petobo.
Kini, ribuan penyintas bencana di Kelurahan Petobo harus menghadapi kenyataan, hidup di tenda-tenda pengungsian. Hunian Sementara (huntara) memang tidak lama lagi akan siap ditempati. Namun, bukan berarti persoalan telah selesai. Hilangnya lapangan pekerjaan menjadi persoalan lain yang ada di depan mata.
“Sekarang kandang-kandang peternakan sudah ditinggalkan oleh pemiliknya. Lahan-lahan pertanian sudah habis. Irigasi juga rusak parah. Membuka lahan pertanian dan irigasi bukan perkara mudah. Butuh waktu dan biaya besar,” kata Isjal.
Persoalan lainnya yang tidak kalah menakutkan menurut Nudin adalah ancaman pengangguran. Bila tak segera ada solusinya, maka bisa menimbulkan persoalan lain.
“Masalah pengangguran harus segera diatasi. Kalau tidak, bisa memicu bencana kelaparan. Kelaparan akan memicu tingginya angka kriminalitas. Bantuan itu ada batasnya. Ini yang kami kuatirkan,” ujarnya. (Bersambung) (KABAR SULTENG BANGKIT)
***
Kabar Sulteng Bangkit adalah media tempat berbagi kabar tentang Palu & sekitarnya pascabencana alam pada 28 September 2018. Halaman ini dikelola oleh AJI Indonesia & Internews dengan melibatkan para jurnalis anggota AJI Palu. Ingin menghubungi redaksi atau memberikan informasi terkait penanganan pascabencana silahkan kontak WA: 081-385-272-758 atau Email: bangkitlahsulteng@gmail.com