Ketika Masalah Menjadi Solusi
Laporan: Amran Amier
Implementasi tanggung jawab sosial JOB Tomori mengubah gulma sebagai tanaman pengganggu menjadi obat-obatan herbal
NURANA kini bisa tersenyum. Warga Desa Gori-Gori, Kecamatan Batui Selatan, Kabupaten Banggai itu tak perlu lagi bolak-balik ke Luwuk, Ibu kota Kabupaten Banggai untuk mengobati penyakit maagnya. Dalam beberapa bulan terakhir ia mengkonsumsi obat herbal hasil racikannya sendiri. Hasilnya, joss! “Saya tak lagi merasakan sakit maag,” kata Ana, sapaan akrabnya.
Bagi Ana, bolak-balik ke Luwuk tentu sebuah masalah. Ia setidaknya harus menghabiskan uang hingga Rp 3 juta untuk berobat ke dokter, juga untuk ongkos transportasi. “Sudah begitu, penyakitnya seperti tidak sembuh sembuh juga,” keluh wanita berbada kecil itu. Namun, itu cerita masa lalu.
Pertemuan Ana dengan Atma Agus Hermawan membawa kisah baru. Melalui karyawan JOB Tomori bidang Community Development itu, Ana mengenal tanaman herbal. Dari situlah awal kisah penyembuhan penyakit maag Ana.
Situs wikipedia menyebutkan, tanaman herbal adalah tanaman atau tumbuhan yang mempunyai kegunaan atau nilai lebih dalam pengobatan. Dengan kata lain, semua jenis tanaman yang mengandung bahan atau zat aktif yang berguna untuk pengobatan bisa digolongkan sebagai herbal. “Dan, ternyata tanaman herbal itu banyak tumbuh di desa-desa sekitar ini,” kata Agus, sapaaan Atma Agus Hermawan.
Penelusuran Agus menemukan ada begitu banyak tanaman herbal di Desa Gori-Gori dan Desa Sinorang serta desa-desa di Batui Selatan. Sayangnya, masyarakat malah menganggap tanaman itu sebagai tanaman pengganggu atau gulma.
Melalui program tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) JOB Tomori, Agus ingin mengubah pandangan masyarakat itu. Bahwa gulma dapat dimanfaatkan sebagai solusi masalah kesehatan warga dengan membuatnya menjadi obat-obatan herbal. Namun, tentu saja, itu bukan perkara mudah. “Ya, agar bisa saling memahami saya harus live in. Indekost di rumah warga,” kata Agus.
Upaya Agus dan sohibnya di JOB Tomori tak sia-sia. Kesadaran masyarakat lahir. Ana dan sejumlah perempuan di desanya tertarik untuk memanfaatkan gulma sebagai tanaman herbal. Bahkan, Ana menjadikan sebagian pekarangan depan rumahnya sebagai kebun tanaman herbal.
Agar lebih terorganisasi, Ana dan kawan-kawan membentuk kelompok Cahaya Anugerah. Mereka kemudian menjadi kebun di pekarangan rumah Ana sebagai Sentra Tanama Herbal. Tapi, mereka tak sendiri. Di Desa Sinorang, para ibu-ibu juga berkumpul dan membentuk Kelompok Cahaya Berkah. Ketuanya bernama Marina. Wanita bersuku Jawa yang telah lama bermukim di Sinorang.
Untuk menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam pembuatan obat Herbal, para ibu-ibu ini kemudian dilatih bagaimana membuat obat herbal dengan benar. Beberapa diantaranya bahkan diikutkan dalam Pelatihan Tanaman Obat Kelas Pengobat/Dokter di Pusat Pengembangan Tanaman Obat Karya Sari di Cilangkap.
Kini, obat herbal racikan ibu-ibu di Batui Selatan telah dipasarkan hingga ke Luwuk. Kemasannya apik. Kualitasnya terjaga. “Mereka tinggal membutuhkan promosi agar lebih dikenal,” kata Arfiandi Djafaar, Area Bussiness Support Section Head.
Nurana tak hanya menikmati obat herbalnya sendiri. Ia juga membuka lapak kecil di rumahnya untuk menjual obat-obatan herbal hasil racikan ia dan sahabatnya. Begitu juga dengan Marina. Ruang tamu rumahnya disulap menjadi toko obat herbal. Mereka senang, dan Ana kini bisa terus tersenyum.
Menurut Ruru Rudianto A. Sartoko, Relation Section Head JOB Tomori, kegiatan operasi JOB Tomori diimbangi dengan program pembangunan daerah dan pengembangan masyarakat yang bersifat berkelanjutan (sustainable). “Berbagai program telah dilakukan JOB Tomori diantaranya dari segi perbaikan infrastruktur daerah, pelestarian lingkungan, kegiatan sosial, kesehatan, budaya, program pertanian dan kelautan, serta peningkatan kapasitas masyarakat,” kata Ruru melalui siaran pers, Rabu (16/11).
Dijelaskan Ruru, bentuk nyata program-program tersebut diantaranya program perbaikan 12 km jalan provinsi, bantuan PLTD untuk aliran listrik, pembangunan bronjong, perbaikan infrastuktur desa, revegetasi mangrove dan gerakan penghijauan, budidaya kepiting cangkang lunak, pertanian organik, bantuan kapal tangkap ikan bagi nelayan, pelatihan welder dan menjahit, pemanfaatan tanaman herbal, dan lain sebagainya, sehingga terjalin hubungan baik antara JOB Tomori dan masyarakat sekitar wilayah operasi.
JOB Tomori atau Joint Operating Body Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi merupakan salah satu Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang melakukan kegiatan eksplorasi, eksploitasi, dan produksi minyak dan gas bumi dibawah pengawasan Pemerintah RI dalam hal ini SKK Migas, dengan masa Kontrak Kerja Sama berlaku selama 30 tahun, terhitung sejak tahun 1997 sampai dengan tahun 2027.
Sejak akhir Desember 2010, struktur kepemilikan saham JOB Tomori terdiri dari PT Pertamina 50%, PT Medco E&P 30%, dan Tomori E&P Limited 20%. JOB Tomori memiliki visi untuk menjadi operator perminyakan dan gas yang terbaik dan terpandang di Indonesia. Untuk itu, JOB Tomori didukung dengan tenaga professional yang terus bekerja secara efektif dan efisien dengan inovasi yang berkelanjutan.
Selama ini hubungan baik antara JOB Tomori dan stakeholder seperti Forum Komunikasi Pimpinan Daerah baik tingkat propinsi sampai dengan kabupaten, pemerintahan kecamatan sampai dengan desa, LSM dan Universitas juga tercipta secara baik melalui program komunikasi yang melibatkan peran aktif dari para stakeholder. Semoga saja hal itu terus berlanjut, agar Ana dan warga lainnya bisa terus tersenyum.***