Pasca Rehab, Gazali Kini Belajar Jadi Tukang

PALU-Gazali adalah pemuda berusia 17 tahun, satu dari sekian ratus putra-putri Kota Palu yang putus sekolah, hidup tak punya tujuan dan cita-cita, membuatnya terjerumus ke dunia narkotika.

Oleh: Amiluddin
Berawal dari pengenalan dengan teman-teman di lingkungan sekitar rumahnya, seputaran Jalan Dewi Sartika Kota Palu. Sebagaimana pemuda pada umumnya, kumpul bersama rekan-rekan setiap hari adalah aktifitas rutin dan wajib. Bermain dan bercada membicarakan hal-hal yang mengasikan adalah menu wajib.

Namun, tanpa disadarinya, ternyata rekan-rekan yang sudah dianggapnya sebagai saudara itu adalah pemakai narkoba jenis sabu. Ia pun awalnya tidak mengenal apa yang dipakai oleh rekan-rekannya itu. Pasalnya benda berbentuk serbuk putih mutiara itu asing baginya.

Namun, lambat laun iapun mulai akrap dengan benda berbentuk serbuk putih itu, saat pertama kali diajak oleh teman-temannya ia menolak. Saat memperhatikan teman-temanya yang pemakai ternyata tampak mengasikkan, apa lagi saat temannya mengatakan kalau menghisap benda serbuk putih mutiara itu segala beban hidup akan hilang.

Kata-kata itu mendorong Gazali untuk mencicipinya, mungkin iblis pun juga sudah merasukinya dirinya, sehingga segala nasehat kedua orang tua selama ini hilang dan terhapus dari server di otaknya. Saat menghisap pertama kali, biasa-biasa saja, mungkin karena masih baru sehingga saraf di otaknya belum merespon.

Tidak sampai di situ, dihari-hari berikutnya Gazali sudah ambil barisan dan giliran menghisap serbuk putih mutiara itu yang kini belakangan ia kenal dengan nama sabu. Keluarganya pun mulai curiga atas perubahan prilaku Gazali, Gazali telah menjadi bahan pokok diskusi tingkat keluarga, atas informasi dari salah satu kerabat dekatnya, Gazali disarankan untuk melaporkan diri ke pihak BNN Kota Palu untuk direhabilitasi.

Walhasil, orang tua Gazali membawa Gazali ke BNN Kota Palu untuk direhabilitasi. Atas pemeriksaan BNN Kota Palu, Gazali disarankan mengikuti program rehap jalan selama tiga bulan berturut-turut.

Usai mengikuti rehap selama tiga bulan, kini pemuda bersahaja dan pendiam ini mengikuti pelatihan pasca rehab di UPTD Pantai Sosial Bina Remaja Karya Wanita Tomampe atas program BNN Kota Palu. Ia bersama 10 rekan-rekan rehabnya mengikuti program pertukangan. Ia diajarkan pengenalan bahan pertukangan dan alat-alat pertukangan.

Tampak Gazali tekun belajar dibawah bimbingan Suwondo, sekali-kali terdengar suara dari bibirnya bertanya apa lagi yang dikerjakan setelah pekerjaan yang ditugaskan kepadanya sudah selesai dikerjakan. Saat waktu rehat, media ini menyempatkan diri bertanya kepada gazali terkait rencananya kedepan usai mengikuti pelatihan pasca rehap.

“Saya akan bukan meubel sama bapak (ayahnya), kebetulan bapak juga punya pengalaman di kayu, saya tidak mau lagi memakai itu barang, saya mau berubah, kan di sini juga sudah punya ilmu dasar, kita sudah belajar,” kata Gazali sambil memandang langit-langit ruang pelatihan, Sabtu (28/11/2015).

Gazali memang sangat berbeda dengan teman-teman satu ruangannya. Ia lebih banyak diam saat waktu senggang, jika teman-teman satu ruangannya iseng menjahilinya, ia hanya melemparkan senyum khasnya. Namun, jika dalam soal pekerjaan ia nomor satu, paling rajin dan paling cepat menyelesaikan pekerjaan.

Tak salah lagi, jika sang pelatih Sowondo lebih memperhatikan remaja berkulit sawo matang dan berbadan janggung ini dibandingkan dengan anak binaannya yang lain, bukan berarti Sowondo pilih kasih, tapi mungkin insting seorang pelatih jika dari 10 anak binaannya ini kemungkinan hanya Gazali yang dapat berhasil menerapkan ilmu yang diberikannya itu alias berhasil. SULTENGPOS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

%d bloggers like this: