PARIGI-Bayi laki-laki berusia 10 bulan bernama Andi Vilung Dg. Pasau, warga Avulua Kecamatan Parigi Utara yang sejak lahir tidak memiliki anus, membutuhkan perhatian. Operasi terakhir untuk pembuatan lubang anus tidak dapat dijalannya, karena keterbatasan ekonomi keluarganya.
Banyak upaya yang dilakukan pihak keluarga agar anaknya dapat tumbuh normal seperti anak seusianya. Bahkan, agar Andi Vilung Dg Pasau yang merupakan bungsu dari lima bersaudara anak dari Ceni Dg Pasau dan Ulan Palango, rela mengorbankan lahan perkebunan yang menjadi harta satu-satunya dijual, untuk biaya operasi pertama dan kedua anaknya.
“Sejak lahir anaknya saya memang tidak memiliki anus. Karena tidak memiliki uang lebih, makanya saya relakan kebun dijual, agar Andi dapat dioperasi,” ungkap Ceni Dg Pasau yang ditemui digedung DPRD Parmout, saat menjalankan proposal permohonan sumbangan kepada sejumlah anggota DPRD, pekan kemarin.
Dia mengatakan, anaknya sudah dua kali menjalani operasi, pertama saat berusia 10 hari dilahirkan dan kedua pada usia lima bulan yang menghabiskan dana sebanyak Rp18 juta. Anaknya saat itu menjalani operasi di Kabupaten Poso, karena di rumah sakit di Parigi dan Kota Palu belum memiliki ahli bedah anak.
Menurut dia, dengan keterbatasan dan uang hasil penjualan kebunnya saat itu, dia dan istrinya membawa anaknya ke Kabupaten Poso untuk menjalani operasi. Hasilnya saat ini anaknya dapat membuang kotorannya melalui lubang sementara yang dibuat pada bagian perutnya.
“Sekarang anak saya sudah bisa buang air besar, karena telah dibuatkan lubang darurat dibagian perutnya pasca menjalani dua kali operasi,” ungkap pria yang sehari-hari hanya berprofesi sebagai kuli batu tersebut.
Hanya saja kata dia, untuk menjalani operasi penyempurnaan pembuatan lubang anus, seperti normalnya dirinya tak lagi mampu membiayainya. Karena, disamping tak ada lagi harta yang dapat dijualnya, biayanya juga terbilang sangat besar mencapai Rp20 juta.
Dia menambahkan, meskipun demikian dirinya tak mau berputus asa untuk kesembuhan anaknya. Karena berharap anaknya tidak bernasib sama dengan bayi lainnya yang pernah mengalami hidup tanpa anus dan meninggal dunia. Upaya yang dilakukannya saat ini yakni, membuat sejumlah proposal permohonan bantuan yang mulai dijalankannya kesetiap instasi dan lembaga DPRD Parmout.
“Saya sudah beberapa hari jalan dari kantor Bupati sampai ke DPRD. Saya harap dananya bisa cepat terkumpul, karena dokter ahli bedah anak di Poso itu pertengahan bulan depan akan kembali ke Jogja. Makanya saya terus berusaha untuk mendapatkan dananya,” ujarnya.
Selama ini dia menuturkan, pihaknya belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah setempat atau dinas terkait. Untuk itu harapannya, biaya operasi terakhir mendapatkan bantuan dan dukungan dari Pemkab Parmout. Sehingga, beban biaya yang dirasakannya dan keluarga dapat lebih ringan lagi.SULTENGPOS