Rumah Sakit Kabelota Donggala Kekurangan Obat

Donggala – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabelota Donggala mengalami kekurangan obat-obatan. Hal ini terungkap dalam rapat dengar pendapat antara para dokter dan anggota legislator Donggala terkait konflik internal antara Direktur RS Kabelota dengan para dokter ahli, serta petugas medis di rumah sakit tersebut.

Berdasarkan informasi dari salah seorang dokter yang berkunjung ke komisi I DPRD Donggala pekan lalu, menyebutkan, dalam tiga bulan terakhir ini stok obat baru sudah habis, yang ada adalah stok obat lama yang sudah berakhir masa penggunaannya.

Dihadapan anggota dewan, salah seorang dokter anak mengaku, banyak pasien yang tidak bisa ditangani dengan maksimal karena kakurangan obat. Bahkan, pernah ada orang tua pasien mehohon-mohon agar anaknya diselamatkan karena sakit asma.

Menanggapi hal itu, Wakil Ketua DPRD Donggala, Sofyan Yotolembah merasa heran dengan ketidaksediaan obat di rumah sakit Kabelota. Menurut Sofyan, di tahun 2015, pemerintah daerah sudah menganggarkan Rp 1 milyar lebih untuk pembelian obat.

“Bagaimana bisa tidak ada obat padahal Pemda mengganggarkan Rp1 milyar lebih kepada rumah sakit Kabelota untuk pembelian obat. Saya tahu karena masih ada dokumenya dengan saya,” sergah Sofyan mempertanyakan hal tersebut.

Direktur rumah sakit Kabelota, drg. Amriani Lapase berpendapat, obat kadaluarsa itu tidak ada masalah selama obat itu tidak di berikan ke pasien.

“Obat ekspayer di rumah sakit masalahnya dimana saya tidak paham, sepanjang obat itu tidak diberikan kepada pasien. Kalau obat ekspayer itu diberikan kepada pasien dan pasien komplen itu baru jadi masalah,” ucap Amriani disambut teriakan huuu! dari para dokter ahli.

Menurut Amriani, semua rumah sakit ada obat ekspayernya. Menurutnya, pengadaan obat di RS Kabelota disesuaikan dengan trend penyakit yang ada. Dia mencontohkan, misalnya penyakit epilepsi. Tahun lalu kata dia ada lima orang pasien epilepsi, tahun ini di prediksikan bertambah satu orang pasien. Oleh sebab itu persediaan obat di tambah. Namun menurutnya, kalau obat itu kemudian tidak terpakai karena tidak ada pasienya, yang salah bukan pihak rumah sakit karena obat itu ekspayer.

Amriani menegaskan, dirinya tidak pernah menginstrusikan siapapun untuk menggunakan obat ekspayer, karena menurutnya itu adalah tindakan yang salah.

“Itu tindakan yang salah besar kalau obat ekspayer kita gunakan kepada pasein,” ungkapnya.

Selain soal obat ekspayer, dalam RDP yang di hadiri Sekkab Donggala, Aidil Nur, Kadis Kesehatan, drg Anita B Nurdin, Kepala BKD. Sajauh itu juga membahas tentang alat dan perlengkapan medis yang di miliki rumah sakit Kabelota yang masih sangat minim. Para dokter ahli mengeluhkan minimnya peralatan medis sehingga membuat kerja pelayanan kepada masyarakat tidak maksimal.

Menurut para dokter minimnya alat dan perlengkapan medis di rumah sakit Kabelota tersebut membuat pasien yang datang berobat tidak dapat di tangani maksimal dan harus di rujuk ke rumah sakit yang ada di kota Palu. Beberapa warga kota Donggala kepada media ini membenarkan buruknya pelayanan di rumah sakit Kabelota tersebut. Menurut warga rumah sakit Kabelota adalah rumah sakit rujukan.

“Ini pengalaman pribadi waktu saya bawa anak saya ke rumah sakit Kabelota karena demam tinggi, setelah diberikan penaganan medis kepada anak saya bukanya sembuh eh malah tambah sakit, ternyata obatnya ekspayer. Terpaksa saya bawa ke Palu dan mengeluarkan biaya yang banyak,” ujar salah seorang warga kota Donggala yang tidak mau namanya di korankan belum lama ini.

Menurut warga pelayanan dan ketersediaan alat dan perlengkapan medis di rumah sakit Kabelota harus menjadi perhatian Direktur rumah sakit. Selain itu kinerja dan disiplin para dokter juga harus lebih di tingkatkan, agar pelayanan kepada masyarakat dapat di laksanakan lebih optimal.

Dinas Kesehatan Diminta Turun Tangan

Anggota dewan Donggala Sahlan L Tandamusu menyatakan, konflik internal yang terjadi di Rumah Sakit Kabelota seharunya bisa di selesaikan sencara internal tidak perlu di bawa-bawa ke bupati ataupun DPRD.

“Masalah ini sebenarnya masalah internal dan bisa di selesaikan secara internal pula. Tidak perlu di bawa-bawa ke bupati dan DPRD, selesaikan saja sendiri.” pesan mantan kades Tanjung Padang itu.

Senada dengan itu, Aripudin Hatba menegaskan, umumnya persoalan yang terjadi dalam sebuah organisasi karena ketidak mampuan pimpinan dalam memanejerial organisasi yang di pimpinya. Menurutnya kalau terjadi masalah dalam sebuah organisasi, yang pertama bertanggung jawab adalah pimpinanya.

“Baik diminta atau tidak di minta pimpinan harus bertanggung jawab kalau terjadi masalah dari dalam organisasi yang di pimpinya ini sudah konsekuensi. Saya kira ini soal kemampuan dalam memanejemen organisasi,” tegas legislator Donggala itu.

Namun menurutnya, selain kemampuan manejerial seorang pemimpin, juga sangat di butuhkan kerja sama dan kedisplinan seluruh anggota anggota organisasi untuk mentaati aturan yang ada. Agar organisasi itu bisa berjalan dengan baik dan mampu melakukan pelayanan yang maksimal.

Dia berharap, dalam kisruh rumah sakit Kabelota ini, para dokter dan tenaga medis dapat bersinergi dengan pimpinan rumah sakit dan begitupun sebaliknya pimpinan rumah sakit mampu berkomunikasi dengan para dokter dan tenaga medis, agar pelayanan kepada masyarakat tidak terganggu dengan adanya konflik internal.

“Kalian yang berselisih masyarakat yang jadi korban karena pelayanan terganggu,” terangnya.

Sementara Kaharuddin, Ketua Fraksi PKB mendesak Sekkab Donggala untuk segera menyelesaikan konflik internal rumah sakit Kabelota. Dia juga menyesalkan masalah ini bisa menjadi berlarut-larut.

“Masalah rumah sakit Kabelota ini adalah masalah yang kursial, sangat disayangkan masalah ini bisa berlarut-larut. Pak Sekkab tolong segera diselesaikan masalah ini karena saudara pimpinan tertinggi para PNS di Donggala,” tutupnya.

Rapar dengar pendapat yang di pimpin Wakil ketua DPRD Abd Rasyid itu menghasilkan beberapa rekomendasi untuk di tindak lanjuti baik internal rumah sakit Kabelota maupun instansi terkait, agar konflik internal rumah sakit Kabelota tersebut dapat di selesaikan dengan jalan damai. Usai mengikuti RDP, Direktur Rumah Sakit dan para dokter serta tenaga medis yang berseteru bersalaman dan saling memaafkan.MS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

%d bloggers like this: