PALU-Kasus dugaan salah tembak oleh polisi pada kontak senjata yang terjadi pada Jumat (5/11/2015) pekan kemarin di Desa Salubanga, Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong (Parmout) yang mengakibatkan seorang pekebun tewas mendapat tanggapan keras dari berbagai kalangan.
DPRD Parmout misalnya yang meminta pihak kepolisian harus berani bertanggungjawab serta mengungkap identitas korban sebenarnya.
Demikian ditegaskan Ketua DPRD Parmout, Santo yang dihubungi Sulteng Post, Rabu (11/11/2015).
Dia mengatakan, adanya korban akibat kontak senjata di Kabupaten Parmout menimbulkan pertanyaan dan kekhawatiran warga, khususnya di wilayah selatan, sehingga dipandang perlu pihak kepolisian untuk sesegera mungkin mengungkap identitas korban sebenarnya.
“Agar tidak menjadi kekhawatiran, sebaiknya memang identitas korban harus diungkap oleh pihak kepolisian,” ujarnya.
Pihaknya sangat menyayangkan tindakan aparat kepolisian jika memang pada kontak senjata yang terjadi itu, mengakibatkan pekerja kebun tewas tertembak, bukan terduga anggota kelompok sipil bersenjata pimpinan Santoso sebagaimana ramai diberitakan sebelumnya.
Pihaknya juga minta kepada pihak kepolisian harus berani bertanggungjawab atas kesalahan yang dilakukan.
Sebab, warga yang seharusnya mendapatkan perlindungan dan keamanan harus menjadi korban karena mungkin kesalahan informasi.
Disisi lainnya kata dia, pihaknya sesungguhnya sangat mengapresiasi langkah pihak kepolisian dalam menuntaskan permasalahan kelompok sipil bersenjata yang terjadi selama ini di Sulteng, khususnya Kabupaten Parmout.
Hanya saja, sebaiknya harus melakukan identifikasi lebih lanjut dan melengkapi data dengan selengkap-lengkapnya.
“Memang harus dilakukan identifikasi lebih lanjut, dan memiliki data yang komplit. Jangan-jangan memang betul petani. Akhirnya, menimbulkan ketakutan bagi warga, dan bahkan kalau benar salah tembak, bisa menitikberatkan,” kata dia.
Berkaitan dengan itu juga kata dia, pihaknya dalam waktu dekat berkunjung ke Kecamatan Sausu untuk mencari sendiri informasi yang terjadi sebenarnya dan siapa warga yang korban tembak pada malam itu.
Senada dengan itu, Ismail Panti, anggota DPRD Parmout dari Daerah Pemilihan Kecamatan Sausu mengatakan, pihaknya memang belum mengetahui pasti siapa korban tembak saat itu.
Namun jika informasi itu benar bahwa ada korban salah tembak, maka dia sangat menyesalkannya.
Sebab sepengetahuannya, operasi seperti itu dilakukan berdasarkan informasi yang akurat dari pihak-pihak intelijen yang telah memastikan, apakah sasaran tersebut merupakan terduga kelompok sipil bersenjata atau warga biasa.
“Kalau memang itu masyarakat biasa, saya sangat sesalkan. Kenapa tidak ada data yang akurat, apakah itu terduga kelompok sipil bersenjata atau masyarakat,” tegas dia.
Sebagai wakil rakyat dia juga meminta, pihak kepolisian untuk segera mengungkap siapa sebenarnya identitas korban, sehingga tidak menimbulkan kecurigaan.
Bahkan menurut dia, jika memang benar korban adalah salah satu anggota Santoso, maka polisi harus membuktikan karena masyarakat setempat pasti mengetahui persis korban seperti apa.
Tetapi bila korban memang benar hanya seorang petani atau penjaga kebun, pihak kepolisian harus bertanggungjawab, karena hal ini telah berkaitan dengan nyawa seseorang.
“Saya memang berkeinginan untuk ikut menggali informasi terkait peristiwa itu, tapi karena ada tugas kedewanan, saya belum sempat lakukan,” tuturnya.
Sebelumnya diberitakan, pihak kepolisian diduga salah tembak saat kontak senjata di Desa Salubanga Kecamatan Sausu, Kamis (5/11/2015).
Awalnya, korban yang diduga merupakan anggota Santoso, dibantah oleh rekan sekerjanya Yusran, warga Desa Sausu kepada sejumlah wartawan, belum lama ini.
Pasalnya, berdasarkan sepengetahuannya korban yang diketahui bernama Hasan alias Sam (40) merupakan warga Lombok, Nusa Tenggara Barat, yang dulunya pernah tinggal di Luwuk, Kabupaten Banggai dan sempat menikah disana.
Kehidupan sehari-harinya berdasarkan penuturan Yusran, hanya menghabiskan waktu berkebun dan menjaga kebun milik warga Dolago.
Dia juga membantah korban memiliki senjata rakitan seperti yang disangkakan kepadanya, kecuali sebuah katapel.
Yusran meminta agar pihak kepolisian bertanggungjawab jika korban tidak terbukti terduga anggota kelompok sipil bersenjata dan mengembalikan jasadnya untuk secepatnya dimakamkan.SULTENGPOS