PALU-Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Polisi Idham Azis menyebut sebanyak lebih dari 50 orang pendukung dan simpatisan ditangkap karena diduga terlibat dalam jaringan Santoso, pimpinan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Kabupaten Poso.
“Saya kira sudah banyak kita tangkap (jaringan Santoso). Setidaknya dalam kurung satu tahun ini kurang lebih ada 50 orang yang kita tangkap, diantaranya mereka ada yang meninggal dunia dan masih hidup,” kata Kapolda Idham Azis kepada Sulteng Post di kediamannya, Senin.
Meski tidak merinci identitas puluhan anggota jaringan Santoso itu, namun mantan Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya itu memastikan, rata-rata mereka yang ditangkap telah diproses hukum.
Dia menegaskan, polisi bersama TNI hingga kini tetap terus melakukan pengejaran terhadap Santoso dan anggotanya.
Menurutnya, ada tiga hal yang menjadi kendala, dimana hingga hari ini Santoso sebagai pimpinan kelompok sipil bersenjata di Poso belum tertangkap.
Kendala yang paling utama kata dia, adalah mereka mengetahui betul medan disana.
Kemudian kedua, hampir sebagian besar masyarakat Poso Pesisir Utara itu adalah simpatisan yang mendukung mereka untuk memberikan atau menyuplai logistik.
Selanjutnya yang ketiga ini kata Kapolda, menyangkut masalah ideologi yang mereka pahami bahwa perjuangan ingin dicapai itu menjadikan negara ini sebagai negara Islam.
“Kendala ideologi ini yang utama, sehingga mereka itu sangat susah diimbau untuk menyerah, sehingga mau tidak mau kita terus dan harus melakukan penegakan hukum terhadap mereka. Itulah beberapa kendala yang kita alami,” tegas mantan Kapolres Jakarta Barat, Polda Metro Jaya itu.
Dia menambahkan, sejauh ini jajaran Polda Sulteng dibackup sama Mabes Polri tetap terus melakukan operasi dalam bentuk pengejaran yang muaranya itu ke arah penegakan hukum.
“Dalam proses penegakan hukum itu, ada anggota mereka yang meninggal dan anggota Polri juga meninggal,” katanya.
Selain menangkap para anggota kelompok sipil bersenjata, aparat juga menyita ratusan bom rakitan, bom molotov, ribuan amunisi.
“Kalau senjata api itu hitungan saya enam sampai tujuh jenis M-16 dan M50,” tutur perwira tinggi yang 12 tahun pernah bertugas di Detasemen Khusus 88 Polri itu.(SULTENGPOS)