Kapolres: Tiga Polisi Dikeroyok Preman
Palu,– Seorang warga Kelurahan Tavanjuka, Kecamatan Tatanga, Kota Palu, Iksan (22), tewas terkena peluru panas yang diduga berasal dari senjata oknum polisi.
Pasalnya, pada Jumat (12/6) sekitar 00.30 Wita di traffic light (lampu lalulintas) Jalan I Gusty Ngurah Rai Palu terjadi salah paham antara polisi dengan warga yang akhirnya menewaskan seorang warga Tavanjuka.
Ketua RT 02/RW 04 Kelurahan Tavanjuka, Arifin yang ditemui Metrosulawesi, Jumat (12/6), mengatakan tidak mengetahui persis awal mula terjadinya kejadian tersebut. Ia sementara piket jaga malam di salah satu toko di Kelurahan Tavanjuka, tiba-tiba terdengar bunyi tiang listrik.
Arifin pun langsung mencari tahu sumber bunyi tersebut, karena biasanya kalau bunyi tiang listrik, pasti terjadi sesuatu. Ternyata betul, ada oknum polisi yang menembak warga, sehingga memancing emosi warga lainnya. Pada saat bunyi tiang listrik, warga berhamburan keluar rumah, dan berkumpul, menjaga-jaga, sambil mencari tahu apa yang terjadi.
“Saya tidak tahu persis ceritanya, tapi saya melihat Iksan yang meninggal dunia itu terkena tembakan di bagian sisi kiri tembus bagian kanan. Warga yang berada di tempat kejadian itu yang memberitahukan, almarhum Iksan ditembak sama polisi,” katanya.
Hal senada diungkapkan oleh Harton, seorang tokoh masyarakat Tavanjuka. Ia menyebutkan, setelah mendengar bunyi tiang listrik, warga langsung keluar rumah, dan berkumpul.
Ia menegaskan, tidak betul kalau ada warga yang melempar-lempar para pengguna jalan.
“Anak muda di sini kalau minum minuman keras (Miras) tidak ada macam-macam, apa lagi mengganggu orang lain. Penjual keliling saja jalan tengah malam masuk di lorong-lorong tidak diganggu, pasti aman,” katanya.
Ia mengatakan, seharusnya polisi itu ada prosedur kalau mau masuk di masyarakat, jangan langsung masuk-masuk saja. Melapor dulu kepada Ketua RT, supaya diketahui oleh warga, bahkan kami siap memberi informasi atau bahkan kita pergi sama-sama menangkap kalau ada yang menjadi target operasi (TO) di wilayah Tavanjuka.
Kakak sepupu korban, Deni, mengatakan, ia tidak tahu apa masalahnya sampai Iksan ditembak hingga meninggal dunia.
Iksan sempat di bawah ke Rumah Sakit Anutapura, namun tidak tertolong, dan akhirnya di bawah pulang ke rumah untuk disemayamkan.
“Kami pihak keluarga tidak mau melakukan autopsi, jenazahnya langsung di makamkan tadi siang. Meskipun demikian, kami pegang kata-katanya Kapolda Sulawesi Tengah yang mengatakan, bahwa meskipun tidak melakukan autopsi, kasus ini tetap diusut sampai tuntas,” katanya.
Sementara itu, Kapolres Palu, AKBP Basya Radyananda kepada wartawan mengatakan, tiga anggota Polsek Palu Selatan dikeroyok oleh kelompok preman di jalan I Gusti Ngurah Rai, Tatanga. Peristiwa naas itu terjadi sekitar pukul 00.30 Wita.
Ia menuturkan, peristiwa itu berawal ada informasi dari Sabhara Polda Sulawesi Tengah ke Polsek Palu Selatan, bahwa di Jalan I Gusti Ngurah Rai telah terjadi pengumpulan massa, dan melempari semua kendaraan yang melintasi jalan tersebut.
Mendengar informasi tersebut, kata Basya, anggota Reskrim Polsek Palu Selatan diperintahkan untuk ke tempat kejadian perkara (TKP). Sampai di TKP, tiga orang anggota turun dari mobil untuk mencari informasi, apa yang terjadi. Belum sempat berdialog dengan orang-orang di TKP, tiba-tiba muncul serangan dari sekelompok preman yang membawa senjata tajam (Sajam), dan akhirnya Brigadir I Made Martayasa, Brigadir I Gede Edi dan Brigadir Nur Ali dikeroyok dan dibacok oleh sekelompok preman tersebut.
Akibatnya, Brigadir I Made Martayasa dan Brigadir Nur Ali luka parah dan harus dioperasi di Rumah Sakit Budi Agung. Sedangkan, Brigadir Gede Edi rawat jalan karena tidak terlalu parah.
Hasil olah TKP, kata Basya, sekitar pukul 01.00 Wita ditemukan seorang laki-laki bernama Iksan dalam kondisi meninggal dunia. Kita belum mengetahui, apakah Iksan meninggal pada saat anggota Polsek Palu Selatan tiba di TKP atau sebelumnya. Hal tersebut sementara didalami.
Menurut Basya, sebelumnya ada operasi dari tim Kejahatan dengan Kekerasan (Jatanras) Polda Sulawesi Tengah, ini yang sedang didalami dan selidiki secara komprehensif atas peristiwa tersebut.
“Intinya, saya pribadi ikut berbelasungkawa atas meninggalnya Iksan, saya sangat terbuka, apabila terjadi kesalahan prosedur dari anggota kita, akan ditindaki,” katanya.
Ia mengatakan, tiga orang anggota polisi yang menjadi korban itu membawa dua senjata. Menurut pengakuan dari I Gede Adi, ketika terjadi penyerangan, mereka melakukan tembakan peringatan, tapi tidak mengarah ke orang. Namun, sekelompok preman itu tetap saja melakukan pengeroyokan, dan satu senjata milik polisi berhasil direbut oleh preman tersebut.
Senjata itu milik korban I Made yang pada saat itu sudah tidak berdaya. Pengakuan saksi, preman yang mengambil senjata itu sempat mau menembak korban, tapi karena tidak tahu cara pakainya, sehingga tidak terjadi.
“Olehnya, kami minta kepada siapa saja yang mendapatkan senjata itu agar dikembalikan, karena itu senjata organik Polri, bukan milik masyarakat,” tegasnya.
Sekitar pukul 03.00 Wita, Basya Radyananda bersama Kapolda Sulawesi Tengah, Brigjen Pol Idham Azis berusaha datang ke rumah duka. Sekitar pukul 05.30 Wita baru keduanya berhasil ke rumah korban dan menyatakan ilut berdukacita atas peristiwa itu.
“Pada pukul 10.00 Wita kami kembali datang ke rumah duka untuk bersama-sama mengantar jenazah ke pemakaman sampai dihidangkan makan siang di rumah duka,” katanya.(ms)