PALU – Pergerakan awan dan angin di langit kota Palu diperkirakan masih terpola seperti sekarang ini. Artinya, dalam beberapa pekan mendatang, hujan diprediksi masih akan terus mengguyur meski dalam intensitas curah hujan yang relative tidak demikian besar. Demikian Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Palu memperkirakan.
“Cuaca basah itu puncaknya terjadi di bulan Mei, Juni dan Juli. Tapi mundur ke Juni hingga Juli. Di Juli sudah agak reda,” ungkap Forecaster BMKG Palu, Rio Marthadi, Sabtu (13/6/2015).
Secara khusus untuk Kota Palu kata Rio, jika terjadi angin dari Timur untuk curah hujan, dapat dikatakan lumayan dengan intensitas curah hujan dari ringan sampai sedang. Akan tetapi, dengan hujan lokal pada umumnya di Kota Palu membuat curah hujan tidak merata di wilayah Timur, Barat, Selatan dan Utara Kota Palu.
“Sebenarnya Palu ini hanya hujan banyangan saja, karena kalau pola angin dari Timur dan Barat terjadi masih di halangi oleh pengunungan,” ungkap Rio.
Saat ini, intensitas curah hujan cukup tinggi selama beberapa hari terakhir dikarenakan terdapat Low Pressure atau tekanan rendah di wilayah Laut Banda. Sehingga massa uap air akan berkumpul dan kondisi itu ditambah dengan bertemunya pola angin Timur, sehingga mengakibatkan wilayah Sulawesi bagian Timur mendapat dampak curah hujan tinggi.
“Banjir di Morowali dan longsor di Kebun Kopi merupakan bencana dari semuanya, tapi didukung juga dari kondisi topografi di sekitarnya,” lanjut Rio.
Begitu pula bencana banjir yang merendam ratusan rumah di Morowali, selain diakibatkan oleh curah hujan dalam sehari yang mencapai 134 milimeter dan juga kondisi topografi sekitarnya. Ia menyebutkan pemukiman penduduk merupakan daerah lembah, sehingga pada saat curah hujan di perbukitan tinggu membuat di kawasan lembah terkena dampaknya.
Jika intensitas curah hujan ringan tapi berangsur sangat lama terjadi di daerah yang memiliki kondisi tanah labil pasti akan terus terjadi longsor. “Di kebun kopi pasti longsor terus karena kondisi tanahnya labil,” ujarnya(bp)