Ampana – Proyek pembangunan Pembangkit Listrik Kincir Air senilai Rp.480 juta di daerah transmigrasi, Dusun Pakanangi, Kecamatan Ampana Tete, Kabupaten Tojo Unauna (Touna) yang seharusnya berfungsi sebagai sumber energi listrik, hingga saat ini energi listrik yang ramah lingkungan ini tidak bisa dinikmati warga.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Merah Putih, Habib Muhamad yang sebelumnya hadir dalam undangan khusus Kepala Dusun Pakanangi dalam pertemuan di balai dusun beberapa waktu lalu yang dihadiri seluruh warga dusun Pakanangi.
“Saya datang diundang kesana berdasarkan Laporan dari Iswandi Kepala Dusun Pakanangi, ada permasalahan pembuatan Kincir di desa tersebut dan menurut Kepala Dusun, sudah tiga kali dana dikucurkan oleh Dinas Pertambangan Touna ke desa itu untuk pembangunan kincir itu, namun alat pembangkit listrik itu tidak bisa digunakan dan lampu tidak menyala,” jelas Habib Muhamad kepada Metrosulawesi, Sabtu (2/5).
“Dalam pertemuan kami di balai dusun kemarin itu ada sebanyak 38 kepala keluarga juga telah mengisi dan menanda tangani daftar hadir, ini sebagai tanda bukti pertemuan diskusi bersama antara LSM merah putih dan warga,” ungkapnya.
“Menurut Kepala Dusun Siswandi secara bertahap sudah 3 Kali Dinas Pertambangan Kabupaten Touna mengucurkan dana dengan total Rp.480 juta pada tahun 2014 kemarin, namun tetap saja kincir itu tidak berfungsi, karena itu kami melakukan investigasi kesana selama 10 hari dan berdiskusi dengan masyarakat serta memanggil tenaga ahli yang faham dengan mesin tersebut, ternyata tidak sesuai, di bagian dynamo hanya 7,5 kilo dan itu tidak kuat yang seharusnya 20 hingga 40 kilo,” paparnya.
“Dan ini menjadi sebuah temuan kami bahwa proyek ini mubazir, setelah itu warga membuka uneg-uneg dengan saya bahwa kebutuhan lampu di dusun itu sangat penting, untuk kebutuhan anak-anak belajar malam apalagi menghadapi ujian Nasional. Bahkan ada warga menyatakan untuk apa kami ikut transmigrasi ke Touna mendingan kami balik ke daerah asal kami,” ungkapnya.
Ia juga menambahkan, banyak transmigrasi yang masuk Touna sejak dua tahun terakhir ini terpaksa harus pulang ke daerah asalnya karena alasan ekonomi yang tidak lebih baik dari daerah asal mereka.
“Sudah banyak yang minta pulang kembali ke Jawa, karena mereka menganggap kondisi hidup di sini untuk merubah nasib belum ada perubahan,” kata dia.
“Masalah pembangkit listrik ini sudah beberapa kali mereka tanyakan ke dinas terkait, namun belum ditanggapi, bahkan mereka warga pakanangi berencana dalam minggu ini akan mendatangi kembali dinas terkait untuk mempertanyakan masalah kincir air tersebut,” bebernya.
Sementara itu dikonfirmasi terpisah, plt Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Touna, Muslimin yang akrab disapa Mimin mengatakan, bahwa pembuatan kincir air tersebut sudah selesai dikerjakan, bahkan sejak pemasangan awal dia bersama Staf sudah beberapa kali datang kesana melakukan perbaikan dan pengecekan langsung bahwa semua lampu telah menyala normal dan telah masuk ke rumah-rumah di desa Pakanangi.
“Kincir Air itu waktu Pemasangan kemarin sudah berfungsi, Lampu sudah menyala, bahkan aliran listrik juga dapat digunakan untuk menghidupkan Televisi,” kata Mimin melalui sambungan Telepon, Sabtu (2/5)
Bahkan katanya, Dinas Pertambangan sendiri telah menghibahkan pembangkit listrik tersebut ke desa Pakanangi setelah dilakukan serah terima dengan Kepala Dusun Pakanangi.
“Sebenarnya mesin kincir air itu sudah kami hibahkan ke desa Pakanangi tersebut dan setelah semuanya siap pakai. Kemarin telah dibuat berita acara serah terima dengan Kepala Dusun Pakanangi,” jelasnya.
Mimin juga menambahkan, sudah beberapa kali Kepala Dusun mendatangi Dinas Pertambangan untuk meminta ganti mesin dynamo yang lebih besar, dan meminta dynamo yang lama diambil untuk dibawa kembali ke desa Pakanangi.
“Ini dynamo adalah milik aset pemerintah daerah kalau harus ditukar, dynamo yang lama itu harus kami ambil. Tidak bisa diambil oleh pihak dusun, dan pembuatan Kincir itu sesuai dengan tersedianya dana dan anggaran di Dinas pertambangan,” ungkapnya.
Bahkan sejak awal, Mimin menyarankan agar energi listrik yang dihasilkan stabil, kincir tersebut hanya membutuhkan perawatan serta rutin membersihkan sampah-sampah yang menyangkut di sekitar kincir.
Menurutnya, setelah semua dihibahkan ke dusun Pakanangi, Kepala Dusun dan warga harus mengelola secara administrasi pembangkit listrik tersebut dengan melakukan pembayaran iuran tiap rumah yang menggunakan listrik untuk biaya perawatan.
“Mesin kincir air pembangkit listrik itu sepenuhnya sudah kami hibahkan ke dusun Pakanangi, artinya mereka sendiri di dusun itu yang harus mengatur dan merawat mesin tersebut, kalau toh ada kerusakan mereka bisa ambil dana perbaikan dari iuran bulanan warga yang menggunakan Listrik tersebut,” Pungkasnya.(metrosulawesi)